LUWU UTARA - Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL) melakukan soft launching pemanfaatan Bendung Baliase, di Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Selasa (2/4).
Soft launching dilakukan dengan penekanan tombol sirine oleh Gubernur bersama Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWS) T Iskandar. Dimana setelah tombol ditekan, terjadi pengaliran pertama diatas bendung.
Bendung Baliase merupakan salah satu dari empat proyek besar infrastruktur pengairan yang dibangun di Sulsel. Selain Bendungan Karalloe di Jeneponto, Bendung Passelloreng di Wajo, dan Bendungan Pamukkulu di Kabupaten Takalar.
Bendung ini beserta jaringan irigasinya akan menghabiskan dana sebesar Rp 1,3 triliun dan akan diselesaikan secara keseluruhan hingga tahun 2019-2020. Bendungan ini akan melayani areal persawahan seluas lebih 18.000 hektare dan akan meningkatkan intensitas tanaman pertanian dari 100 persen menjadi 245 persen, serta mengurangi debit banjir sekitar sungai Ballase.
Sasaran lainnya, untuk rencana pola penanaman padi-padi-palawija serta peningkatan taraf hidup masyarakat. Selain itu, bendung ini akan menjadi salah satu obyek wisata daerah dan menjadi ikon daerah Luwu Utara dan merupakan satu-satunya bendung di Indonesia yang berada di sekitar Ibu Kota Kabupaten.
Gubernur Sulsel SYL menyampaikan, walaupun pembangunan secara keseluruhan belum selesai, namun ini menjadi hari bersejarah bagi warga Lutra dan Sulsel.
"Hari ini walaupun belum sempurna, ini adalah hari bersejarah bagi warga Lutra, dan dari air ini dipastikan Lutra, Insya Allah kita pastikan lebih baik. Ini ada karena upaya serius dan keras yang kita lakukan," kata SYL.
Untuk diketahui, konstruksi bendung ini telah selesai 100 persen, namun bangunan intake (bangunan penyadap air) dengan jalur distribusi belum selesai dan diharapkan selesai pada tahun 2019.
Gubernur menjelaskan, bendung Baliase ini unik, karena satu-satunya bendung yang menyatu dengan Ibu kota kabupaten. Dengan hadirnya Baliase, maka paling sedikit akan dilakukan panen oleh warga sekitar lima kali dalam dua tahun.
Jika terbangun sempurna dengan persawahan sekitar 20 ribu hektar, maka diperkirakan akan menghasilan produksi senilai Rp 1,7 triliun dalam setahun. Satu hektare bisa menghasilkan Rp 75 juta dalam setahun.
Bendung ini mengairi lima kecamatan secara langsung, Diantaranya, Kecamatan Masamba, Kecamatan Mappadeceng, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Baebunta dan Kecamatan Malangke.
Sementara, Bupati Luwu Utara, Indah Putri, berterima kasih kepada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dengan hadirnya Bendung Baliase ini.
"Ini sebagai komitmen pemerintah pada sektor ketahanan pangan sekaligus menjadi kebanggaan kami akan menunjang ketersediaan pangan nasional, kami ucapkan terima kasih," sebutnya.
Ia berharap, selain Bendung Baliase, pemerintah juga akan menyelesaikan secepatnya pembangunan Bendungan Rongkong ini, dalam upaya untuk mewujudkan cita-cita Sulsel menjadi lumbung pangan nasional dan Lutra menjadi bagian kabupaten yang mendukung hal tersebut.
"Oleh Pak Wapres disebutkan, bahwa Indonesia adalah feed world (pangan dunia). Maka jika Indonesia ingin menjadi lumbung pangan dunia, maka mari bersama-sama mendukung Sulsel. Untuk itu Lutra siap menjadi lumbung pangan Sulsel," harap Indah.
Indah menjelaskan, Bendung Baliase pembangunannya sudah dimulai sejak tahun 1977 untuk tahap perencanaan. Untuk studi, master plan north Luwu plain (1977), rencana induk sistem pengembangan dan pengendalian banjir (2004), pre-feasibility study pembangunan di Baliase (2006) dan model test Bendung Baliase (2012).
"Pembangunan ini diusulkan tahun 77 (1977) bersamaaan diusulkan ketika saya lahir. Saya ingat persis saat persiapan kunjungan Pak Wapres. saya datang dan ditanya warga betul akan jadi inikah bendung karena, sudah tiga kali, saya bilang tidak untuk keempat kalinya dan akhirnya terealisasi," ungkapnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWS) T Iskandar, menjelaskan, pemanfaatan Baliase terutama untuk perairan dalam rangka mendukung Sulsel menjadi lumbung nasional.
"Saat ini Provinsi Sulsel merupakan satu dari 14 provinsi di Indonesia yang masuk kategori daerah lumbung padi nasional," ujarnya.
Sejak dicanangkan 40 tahun lalu, berdasarkan data perencanaan area yang akan diairi seluas 21.929 hektare, areal persawahan saat ini berupa sawah irigasi 1.645 hektare, sawah irigasi semi tersier 4.450 hektare, sawah irigasi pompa seluas 350 hektare, sawah tadah hujan 4.000 hektare, sedangkan sisanya seluas 11.500 merupakan kebun dan telaga.
Pelaksanaan konstruksi pembangunan bendung dan jaringan irigasi Baliase, sudah dimulai November 2015. Saat ini kegiatan konstruksi terbagi dalam empat kegiatan yang ada di area irigasi bendung. Hingga Minggu lalu sudah mencapai 87 persen, sisa 13 persen sisa kegiatan sampai akhir 2018.
Usai melakukan soft launching, Gubernur, Bupati Lutra dan sejumlah bupati lainnya yang ikut mendampangi, melakukan penanaman pohon. (*)
sumber : http://humas.sulselprov.go.id/